Selamat datang di CYBER FPMH

GLOBALISASI dan PERGESERAN NILAI BUDAYA

Kamis, 19 Maret 20150 komentar

Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dengan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderunga yang mengarah terhadap memudarnya niai-nilai pelestarian budaya. Budaya Indonesia yang dulunya ramah tamah, gotong royong, an sopan santun berganti dengan budaya ( meminjam istilah Band Jamrud ) yang gaul, fungky dan doyan ngucapin ember. Sebagian besar generasi muda sekarangini sudah tidak lagi memilki ketertarikan terhadap kesenian daerah. Padahal sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian adalah aset Indonesia. Sebagai tunas muda hendaknya memelihara seni budaya kita untuk masa depan anak cucu. Padahal kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapat untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyrakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam  pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan zaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memakan bagian tubuh tertentu. Budaya berpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan ke dalam sineton-sinetron Indonesia. Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadinya internet, turut serta ‘menyumbang’ bagi peubahan cara berpakaian. Pakaian minim dan ketat telah menjadi trend di lingkungan anak muda. 
Boleh dikatakan bahwa budaya yang merupakan sistem symbol dan norma dalam masyarakat Indonesia yang ada sekarang ini macet. Kemacetan budaya ani karena masyarakat kurang mengantisipasi dengan baik pengaruh globalisasi terhadap budaya terhadap budaya sendiri. Dari penjelesan di atas, jelaslah bahwa globalisasi telah membawa dampak yang negatif dalam pelestarian budaya. Thomas Fridman dalam bukunya The Lexus and The Olivetree(2000) menyatakan bahwa “ancaman globalisasi saat ini adlah globalisasi”. Artinya sistem di dalam globalisasi itu sendiri menyimpan potensi penghancuran. Ritme cepat globalisasi yang ditentukan oleh Negara-negara maju pada gilirannya telah menimbulkan dikotomi baru dalam hubungan antrnegara. Negara-negara yang tidak mengikuti irama globalisasi dimasukkan ke dalam kategori Negara ‘primitif’ atau ‘ketinggalan zaman’.


Oleh : Dwi fadhilah
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Portal FPMH |
Template Created by Creating Website Modify by FPMH
Proudly powered by Blogger